Minggu, 28 Juni 2009

rahasia cinta dan kadek si ucup

suatu malam yang ditaburi bintang. ku berjalan mengiringi setapak demi setapak jalanan sisa2 nyanyian kemunafikan. semakin jauh kuberjalan, semakin keras lolongan anjing anjing tua dibalik pohon tua yang berdiri tegak menantang. nun jauh disana kupandangi 2 anak manusia saling berpegangan tangan begitu erat dan mesra, sementara kusendiri terlelap dalam kesunyian. kucoba mendekati agar ku taksendiri. lebih dekat hembusan nafas ini pada bayangan mereka, semakin terlihat jelas bahwa ku begitu mengenalnya. karna hanya ada satu orang yang memiliki pitak dibelakang dengan huruf T, sementara yang lainnya, berkerudung khas warna biru dengan postur bdan yang sedikit melebar. semakin cepat ku melangkah, mereka mulai merasakan kedatanganku, dengan sedikit memutar badan mereka berdua menatap sosok yang hadir didepannya!dengan wajah yang begitu pucat pasi yang hampir menyerupai hantu(urang meren mirip iblis), mereka dengan kompak walaupun masih terbata-bata berkata.
"uuuuucup, kaamaana wae kang?damang?"
aku jauh lebih terkejut karna apa yang selama ini mereka sembunyikan mungkin benar adanya."damang"
"teja...,echi...,ternyata selama ini....???"
mungkin mereka sudah mengetahui akan kemana arah pembicaraanku, dan tiba2 mereka menyela,
"engges weh cup urang damai ayena mah, maneh tong beja2 ka barudak ok, iye aya 500rebu!"
"ngke....ke...ke..., naund maksud iye teh? "
"biasa lah cup !"echi ganti menjawab.
"oh hutang nu kamari, lewih teuing atuh?"
"emang sabaraha, kang?"
"ah teu pira ngan 12,5 jeng gepuk sapotong apan, maenya teu inget?"
"eh, sanes kitu kang, iye teh kanggo tutup mulut, meh tong bebeja kasasaha!ken weh urang jadi rahasia kita berdua, nya!" dengan wajah yang begitu memelas teja kembali menyodorkan uang itu.
"naha rahasia duaan, urang jeng ente hungkul, kitu leres?"
"sanes kang , maksud abdi mah abdi sareng echi."
"naha ari kitu urang dianggap naon atuh?"
"apan didinya nyarios nyalira pami didinya teh jurig, lain?"
"wah, ngalunjak siah, kuring teu tarima disebut jurig mah!"
"naon atuh ari lain jurig mah, kang kadek?"
"tah eta apal gening, adina jin irfan, eh jin ifrit!"
"hapunten atuh kang ari lepat mah, iye kumaha bade ditampi moal artosna!"
"waah, didinya rek nganggap urang naon, baturan lain?te aya kamusna teman bisa dibayar, tambahan deui ah, kurang atuh sakitu mah"
"ah c akang hereuy wae"
" eh erek mere moal eta teh, kalakah disakuan deui duitna"
"kurang gening kang 1 juta, ngan aya 999rebu bade ditarima moal?"
"kurang sarebu= bocor iye rahasia jang 1 jelema, tambahan deui teu?"sambil mengacungkan kadek yang udah dari tadi berssender di bahu saya.
"atuh kang te aya deui"
"tambahan teu?"
wajah mereka berdua semakin pucat seperti tak bernyawa, dan mereka meminta saya untuk berfikir sejenak, sementara mereka berunding untuk menyelesaikan masalah ini.
"atuh kang , sakedap abdi saring echi bade ngagadeken hela iye sapatu?"
"jig, tapi tong lila bisi ku aing kadek"
mereka pun perlahan pergi, semakin jauh, dan hanya tinggal bayangan yang terlihat. aku baru tersadar bahwa mereka akan menipuku, ku kejarlah mereka, sampai akhirnya ku melihat mereka ada tak begitu jauh dari persimpangan cibaduyut. tapi mereka tak sebodoh yang saya fikir, mereka menyadari bahwa sayasedang mengejarnya, tanpa fikir panjang mereka ambil langkah seribu(heeh weh da sukuna aya sarebu, kadang c ucup teh belegugnya????)
"weh rek indit kamana siah?" sembari kadek ku acungkan saat mereka melirik.

Kini jarak antara aku dan mereka sudah semakin mendekat, namun mereka ternyata lebih pintar daripada aku. Mereka jauh lebih mengenal daerah Cibaduyut dibandingkan dengan aku. Dipersimpangan ke 13 mereka berbelok arah untuk mencari gank2 kecil dan bersembunyi di balik deretan gedung yang sudah berumur ratusan tahun(aya kitu di cibay gedung peninggalan belanda???).
Lelah sudah ku mencari ke berbagai sudut gedung-gedung tua tersebut, namun hasilnya tetaplah nol besar, mereka seperti hilang tersabut angin yang bertiup, setiap kali kuhempaskan kadek sakti ini ke tanah, semakin terasa jauh mereka pergi.
Tapi aku tak kan pernah dijuluki “si kadek”, bila aku harus kehabisan akal dan menyerah, dalam usaha pencarian ini. Sedikit flashback, 5 tahun yang lalu(zaman smp dulu) aku pernah ditantang untuk menemukan keberadaan ketua gangster pimpinan cibeber yang saat ini telah beralih profesi jadi programmer polban(tadina rek jadi tukang kayu, ngan karunya weh ka urang cibeberna, piss cuy!). Saat itu aku dihadapkan pada 2 pilihan, kembali pada kelompokku dengan membawa ketua gangster tersebut,baik hidup atau mati, atau tak kan pernah diakui sebagai pimpinan “Cibabat Gerung Bersatu(CBG)”, sebuah kelompok anak muda yang sejak tahun 1945 menjadi garda terdepan untuk menghadapi kelompok dari daerah lain yang ingin cari masalah, menyerang Cibabat. Saat itu aku dengan gagah berani menerima tantangan tersebut, dan hasilnya….. setahun kemudian aku berhasil menangkap ketua gangster tersebut(wah lila teuing cuy). Yah mungkin terlalu lama untuk seseorang yang bergelar “kadek” seperti aku. Tapi yang harus kalian tahu, ketua ganster tersebut adalah buronan yang diincar CBG sejak 50 tahun sebelumnya(wah kejauhan euy ngahayalna, engke beda deui eta mah caritana, aya deui judul carita nu bakal di terbitken mun carita iye ges sukses, doain yah! ngarep???).
Kembali ke cerita awal ….
Akhirnya setelah sekian lama, mereka muncul tepat dihadapan pandanganku, namun mereka terlanjur melihatku dan mencoba berlari kembali ke gedung yang lain, namun aku bisa memantau semua. Dan ku mulai beranjak kearah gedung yang mereka masuki .
Kini aku dan mereka telah berada dalam satu gedung yang sama, namun gedung ini punya banyak tempat untuk bersembunyi, dan mereka jauh lebih mengenal tempat ini daripada aku. Tapi mereka tak lebih pintar dari aku, aku tahu jika salah satu dari mereka takut pada kecoa, kebetulan kecoa yang saat ini menjadi jalan untukku mendapatkan 1 juta, merayap di kakiku. Maka kupanggil lah sekumpulan kecoa, yang kebetulan juga,bahwa kecoa yang kutangkap itu adalah rajanya kecoa(heeh kitu aya rajan cucunguk???), jadi dengan sedikit siulan, mereka semua mulai berdatangan. Ku perintahkan lah mereka untuk merayap ke setiap sudut ruang gedung ini. Sesaat kemudian….
“aw…. Kecoa, kecoa…..” echi jelas menjerit ketakutan, dan tidak sadar bahwa aku ada ditengah ruangan memperhatikan gerak-gerik mereka.
“ada apa chi, kamu terluka” (alah mulai romantis si teja yeh!) teja coba menenangkan eci yang sedang ketakutan.
“iiii itu,itu kecoanya mirip banget ama si Nia.’(kalem, urang bayangken hela, emang si Nia mirip cucunguk kitu???piss cuy!!!)
“sudahlah, mungkin kecoa itu memang mirip dengan sahabatmu(piss sakali deui ah!),tapi mereka kan tidak mengganggu kamu, jadi biarkan lah. kalau kamu masih takut, bersandarlah di pundakku dan peluklah aku.”(alah ngarep pisan si teja ari kie mah)

Prok…prok…prok….
Tepuk tangan yang berbunyi tepat disamping mereka menghentikan nuansa romantis yang baru saja tersaji di sudut ruangan itu.
“eh didieu geuningan nyumputna jang” dengan nada pelan dan sangat sopan, aku telah memberikan shock therapy yang cukup berat untuk mereka.
“suuusumuhun, kang kadek”
“kumaha tos beres nga gadeken sapatu teh?”
“tea can laku kang.”
“nya heeh atuh moal laku, ari nawarken ka jurig mah, kumaha ari didinya?”
‘aduh puunten kang, sanes te hoyong nga gadeken,tapi iye teh tos wengi atuh akang, kumaha?” kembali wajah yang memelas dari kedua insan yang sedang di mabuk cinta ini sedikit meluluhkan hatiku.
“nya atos atuh ari kitu mah , kadieuken weh duit anu tadi saayana, 999rebu tea.”
“kela kang di etang hela bisi kirang”
“sok tong lila”(sabari golok di beset-beset ken kana lengen, leher jeng sajabana tapi teu nerak cuy jang c ucup mah, ngke cobaan praktekeun di kelas).
Tiba-tiba pada saat teja menghitung uang tersebut, tangan eci menggenggam teja erat sekali, sangat erat, dan sesaat kemudian mereka saling berpandangan.(^_^)
“sudahlah sayang, daripada kita memberi dia uang begitu banyak, akan lebih baik jika kita sumbangkan pada orang yang lebih membutuhkan.”
“tapi nyawa kita akan jadi taruhannya.”
Eci mencoba memberikan alasan dengan mengeleng-gelengkan kepalanya, mengisyaratkan kepada teja untuk tidak memberikan uang itu.(bayangken si eci geleng2 kepala mirip naund???)
“cobalah kau sentuh hatiku(sensor untuk 17-), sayang, dan rasakan, bahwa aku bersedia mati untuk cinta kita berdua(huhuy dedeuh, romeo and Juliet versi jtk iye mah).”
“tapi….”teja coba mengelak
“sssstttt…”echi kembali mencoba meyakinkan, sembari menghentikan gerak mulut teja yang sedang berbicara dengan ke 5 jarinya(alah katutpan atuh benget si teja, ari 5 jari ci eci nu nutupan mulut ci teja mah, jari si eci kan sebesar……?gak jadi ah takut marah)
“yakinkanlah hatimu sayang, aku akan selalu ada untukmu hidup atau mati, dan aku yakin kita akan bahagia, entah hari ini, esok, lusa, atau di akhirat kelak.”lanjut echi.
“baiklah, jika itu yang kamu mau, pergilah, dan carilah bantuan sebanyak mungkin. Aku akan mencoba mengalihkan sedikit perhatiannya, kemudian aku akan segera berlari sesaat setelah kamu mendapatkan bantuan,”
“baiklah. Sayang, give me your best kiss, maybe it can be the last”(ngaco ah, tonk dibayangken eta mah bahaya!)

Sayang bagian ini harus terpotong, karna c ucup kadek telah kembali dan mengancam mereka.(huuuuh, c ucup kadek pengganggu pisan lah)
“sudahkah?”
“sudah, tapi sebelum aku memberikan semua uang ini,biarkan eci pergi terlebih dahulu, setelah itu aku akan berikan semua ini.”
“baiklah, tak masalah jika itu pilihannya, silakan pergi”

Eci pun bergegas pergi dan mencari bala bantuan.
******mulai serius******

“kamu tahu hal terbodoh yang aku lakukan?”teja mencoba mengalihkan perhatian c ucup
“pertanyaan atu jebakan?”
“menurutmu?”
“terserahlah, yang penting aku dapatkan uang itu segera, karna kini eci sudah aman.”
“hal terbodoh yang akan kulakukan, adalah memberikan semua uang ini untuk mu”
“apa maksudmu?kamu tidak jadi memberi uang itu untukku?”
“ya, ada banyak orang yang lebih membutuhkan uang ini daripada kamu,cobalah bukalah pintu hatimu sedikit saja, maka kamu akan menjadi salah satu penjahat yang dermawan”
“apa….???jadi setelah berjam-jam aku berusaha mencari kalian, aku hanya akan mendapatkan pujian seperti ini?”
“ayolah, tak perlu menyelesaikan setiap persoalan dengan hati yang keras seperti ini kan, tidak setiap permasalahan harus diselesaikan dengan kekerasan.”
“benar, tapi itu bukan prinsip hidupku, karna akulah sang pewaris kadek sakti, dan aku tetaplah aku, yang selalu keras kepala, pemberontak, dingin, tak punya hati, dan cute(saetik muji si penulis yang katanya, emang cute sih).”

Sejauh ini teja telah berhasil mengalihkan perhatian c ucup kadek

“baiklah, jika kamu tetap menginginkan uang ini, langkahi dulu mayatku!”
Dengan nada menggertak teja mencoba meruntuhkan mental c ucup kadek
“kau menantangku?” c ucup balas menggertak dengan kadeknya yang diacungkan tinggi2.
“ya, inilah jalan terakhir, sahabat”

Hari pun mulai beranjak pagi, mentari tlah memuntahkan kemarahannya di pagi yang cerah diselimuti cahaya merah. Pagi seakan tahu bahwa hari ini pertumpahan darah akan segera terjadi. Cibaduyut vs Cibabat……………..

“cup, mun maneh beneran wani, tinggalken golok maneh, ngilu jeung aing kaluar”(anjrit teja jadi wanian kie iye teh ) teja mulai menantang ucup.
“mun aing embung kumaha? Pan cek aing 23 nya 23 (beki teu nyambung nya, kalakah mawa mawa angkatan sagala, tobat…tobat)”
“eh lain masalah 23 na iye mah sok teu nyambung wae maneh mah, wani teu?”
“kalem cuy hayang ka cai hela(eh naha jadi asa jiga jeng sobat ngobrolna, pan rek gelut)”
“ah kie geuning kawanina si ucup kadek nu nyekelan Cibabat teh?”
“eh lain kitu atuh kang, beda deui urusanna ari ges nyangkut rencana masa depan mah, mun isukan teu bisa pipis kumaha tah caritana, daek tanggung jawab!”(naha jadi si ucup nu ngalemesan iye teh. Teu ngarti iye penulis teh rek Kamana jalan caritana. Ah nu penting mah seri hela weh nya!)

Teja pun melemparkan dompetnya keluar gedung, berharap si ucup mau mengikutinya dan bertarung men to men di luar. Harapan teja pun terkabul, karna ucup telah mengikutinya dari belakang. Semakin menjauh teja berlari, semakin cepat pula c ucup mengejarnya. Namun di balik semua itu, tanpa disadari c ucup telah terperangkap ke dalam strategi teja. Teja pun terus berlari hingga akhirya berhenti di tengah2 lapangan Tegalega(alah jauh pisan nya ti cibay ka tegalega).

“mau lari kemana lagi kamu hah?”
“ inilah tempat yang akan menjadi nafas terakhir antara kau dan aku.”

Angin pun mulai berubah arah dan memendungkan bumi. Tak lama setelah itu….

Breg….breg…..breg…..breg…..breg…breg….breg….breg….
Bantai…..Ucup…..bantai Ucup……bantai Ucup…… bantai Ucup…… bantai Ucup……
????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Suara itu semakin menggema setiap kali kuhentikan nafas ini, kupandangi nun jauh ke belakang lapang tegalega, satu persatu mulai muncul ratusan pasukan yang sepertinya sudah di koordinasikan echi dari Moch. Toha, tegalega, ciwaruga, cirebon,majalengka, pagarsih, dan cibaduyut. Semakin dekat mereka kini, dengan persenjataan yang lengkap mulai dari balok kayu, pacul, arit, tombak, pancingan, dan semuanya memakai pelindung kepala ala petani, gak ngerti mau kemana. Mau perang atau ngarit???yang jelas mereka berjumlah sangat banyak. Tanpa fikir panjang, akupun segera mengambil hp, dan kupanggil ketua persatuan “Cimahi Never Dies”, Mr.Suyamto gergaji…

“Yah, tolong kerahkan pasukan mulai dari cibeber pimpinan coutonk, cimahi utara pimpinan Danny The Dog, dan daerah bandung Barat pimpinan IDM. “
“Memang ada masalah apa Ananda, sampai kita harus mengerahkan Ratusan anak buah terbaik kita?”
“henteu, iye pang angkutken balanjaan Yah, loba pisan. Nya rek perang atuh, maenya rek pangadorongken motor.”
“ooh, tobat tobat …Ayah teu ngarti basa Sunda”
“Ari eta ngomong basa Sunda geuning, kumaha didinya mah? Ges tonk loba hereuy lah jeng aink mah bisi ku aink kadek oge maneh, eh salah, Yah!”
“ampun cup, ampun…. Tapi Ayah lagi sibuk buat soal UAS nanti”
“nya engges bawa soalna kadieu urang nyieun soalna barengan jeng Aat.”
“wah dulur Ayah ada disana?” knapa gak bilang dari tadi?”’
“wah, dulur timana? Mirip kitu?’
“sebenarnya sulit untuk Ayah membicarakan hal ini, tapi mungkin inilah waktu yang tepat untuk memberitahu kamu bahwa……………………………………….
Aatmawijaya,Drs adalah Ayah kandung kamu(isuk deui).”
“apa…. ??? orang yang selama ini mengajari ku banyak hal tentang bagaimana berbicara yang baik dan benar ternyata……
“gak, gak mungkin…. Karna aku rasa aku lebih mirip dengan engkau,Yam To, meski aku tak punya pantat di dagu, tapi…..”
“mungkin banyak orang bilang seperti itu, tapi kamu tetaplah anak pa Aat.”
“tapi kini dia ada di pihak musuh.”
“terimalah nak, karna Ayah sudah lelah mengakui engkau sebagai anak, era, era pisun.”

Tut….tut…tut….
Perbincangan di telefon pun harus terhenti karna battery hp saya sudah low

Aku pun bimbang diantara harus berjuang untuk kaumku atau membiarkan diriku malu harus mengakui kekalahan dari pasukan teja, karna jujur, seburuk apapun rupa dan perangai ayahku, tetap saja dia adalah ayahku, walau kini pa Aat ada di pihak musuh.

Kini pasukan teja sudah mengelilingi ku. Pasukan yang amat sangat terlihat sangar sekali. Mereka mencukur habis rambutnya dan hanya tulisan Tatoo permanent di belakang kepalanya dengan lambang huruf T yang tersisa. Setiap peleton diketuai oleh pimpinan daerah masing2 yang dikenal dengan sebutan ADE(lain pak ade manager urang, ADE(Abeu,Denis, Eri)). Mereka terlihat berbeda karna mereka tak mencukur rambut mereka, tapi menghiasi muka mereka dengan arang hitam yang memenuhi muka mereka(pokona harideung pisan lah bengetna, sok baying ken siga naon? ).
Sesaat kemudian mereka bertiga berkumpul, sepertinya membicarakan strategi untuk menghancurkan c ucup kadek yang hanya sendirian.

“Cul(abeu tukang macul), kumaha yeh kira2 tugas pa dewo ges beres can?”
“Acan Lun(denis si cupu), lier euy, nu kapikiran teh ngan si eja deui, si eja deui.”
“eh, kumaha maneh mah awewe deui awewe deui, siga nu ganteng wae?”
“nya ari aing mah nuturken sabda si Ucup weh.”
“Emang naund kitu?”
“ wal zinatu walang keke “
“ngaco maneh mah, naund hartina?”
“zinah itu tong di engke engke”
“wooi, iye teh rek perang, tonk harerey wae atuh.” Ci eri kumis tiba-tiba menyela
“oh heeh nya… tapi mis(eri kumis),maneh masih osok dahar keneh tara.”
“naha kitu?”
“eta kumis ges nutupan biwir(bayangken tah, kumis nutupan biwir, sakumaha panjangna???), kumaha erek dahar.?”
“puguh sengaja iye teh, era bisi ka ambeu bau sungut yeh, ker nyeri huntu, sigana huntuna nyelap kana hulu, jadi lier. “
“Sugan weh engke mah jadi mode, da rencana mah kumis teh rek di Mohawk ken iye teh”(maenya kumis rek di Mohawk keun, tapi bisa lah sigana mun si eri mah.)

Mereka pun larut dalam perbincangan yang amat sangat alot hingga akhirnya mereka mendapatkan satu strategi serangan dan memberi tahukannya pada pasukan
“Wooi barudak, siapa saja yang menemukan dompet si abeu….!”
“eh lain eta Lun, lain nu eta. Nu hiji deui geuning.”
“oooh.., Wooi barudak, siapa saja yang punya kumis lebih panjang daripada kumis si eri”
“eh lain eta Lun, lain nu eta…beuh”
“ari engees nu mana atuh? Ooh urang inget, Wooi barudak!”
Tiba tiba eri dan abeu menghentikan teriakan ci denis dengan menyumpal mulutnya pake kuntung rokok Marlboro bekas si………. Ah silakan saja jawab sendiri
“ges ges ges teukudu teukudu, cicing weh maneh, ken weh urang nu ngomong.”
“Wooi barudak, siapa saja yang bisa menyentuh si ucup dengan senjata kalian, maka kalian akan diberi nilai A untuk bahasa Indonesia di IPK kalian.”(dalam cerita ini c ucup digambarkan sebagai orang yang sangat sakti, yah selain ganteng, cute si ucup emang sulit untuk disentuh)

Sesaat kemudian mereka pun berjingkrak-jingkrak seperti lutung yang mengerubungi sebuah pisang(bayangken geus mah botak, di tukangna aya tattoo huruf T, jingkrak-jingkrak, sabari mamawa arit. Tapi tonk ngabayangken pa Aat keur ngajar di kelas, mirip sih, tapi teu menang kitu, da eta ge bapa urang sorangan, bener teu? Eh lain seuri)

Hujan pun rintik2 mulai turun, semakin lama ku terdiam, semakin lebat hujan yang turun dan semakin gelap lah langit tua yang tak mendengar ini.
Setelah sebegitu lama ku terdiam, akhirnya……

“cup, bagaimana kamu bisa mengalahkan ratusan pasukan saya? Lebih baik kau pulang saja ke rumah! Teriakan teja itu disambut dengan gelak tawa pasukan teja yang mirip lutung. Mereka berjingkrak bahkan ada yang sampai tiduran, seakan mereka telah melihat si Ucup dipermalukan oleh Teja.
Kemudian ucup membalas dengan teriakan yang tak kalah berani
“ Sepertinya Air ini akan menjadi pasukan perangku, tanah ini akan menjadi pasukan darat yang paling menakutkan yang akan melenyapkan kalian, dan atas nama Allah , aku berjanji bahwa aku takkan pernah tunduk pada ketakutan, sekalipun harus mati.”

Tiba –tiba …..
Bantai Ucup…. Bantai Ucup…. Bantai Ucup…. Bantai Ucup…. Bantai Ucup….
Teriakan itu kembali menggema, dan mereka mulai bergerak mendekatiku, jarak mereka yang semakin mendekat tak sedikitpun meruntuhkan nyali si ucup, bahkan si ucup malah terlihat tertawa terpingkal-pingkal, karna semakin dekat jarak mereka semakin terlihat jelaslah bahwa mereka seperti lutung, apalagi para pemimpinnya harideung ges teu jiga jelema deui(punten cuy, carita iye mah).

Tak lama setelah itu, ……
Grung… Grung… Grung… Grung… Grung… Grung…
Terdengar jelaslah bahwa deretan mobil Land Rover mulai berdatangan…
Tapi, hanya ada empat orang yang terlihat turun dari mobil, berpakaian perang lengkap dengan senjata khas masing2, otonk dengan goloknya, danny dengan stick baseball dan rante yang mengikat ke dua tangannya, IDM dengan seperangkat computer buat download strategi, dan Mr.Suyamto dengan gergaji mesin nya. Semua sepertinya sudah siap untuk berperang.

“Mana pasukan yang akan kalian bawa?”
“Punten cup, bie aya razia hela, barudak poho teu marawa dompet, kan titah buru2 ”
“trus ayena kamarana atuh?”
“nya ditarewakan hela ku polisi, diasupken hela ka polres bandung selatan”
“eh lain bebeja titah ku pa Soleh kitu.”
“oh heeh nya, tapi saha Soleh teh?”
“Baturan urang nu basa itu mabok bareng jeng awewe ngora ker di bar.”
“oooohh, babehna si …..”
“sssttt, bisi aya nu ngadat mun di terusken mah, ngges ah!”

Sesaat kemudian si kembar R2(Rana and Rendy) muncul dari belakang.
“aduh punten cup, bie urang kudu muter hela ka ciamis soalna di tutup euy akses jalan ka majalengka, jadi urang kudu muter hela ngalewatan gunung tangkuban parahu(di lembang meren tangkuban parahu mah) terus ngaliwatan sawah, panggih jeng polisi, nanyaken arah ka cibabat. Genuing ceuk orang cibabat si ucup ker di tegalega, trus langsung weh urang teh nyusul,terus…...”
“heep, heep jang, urang teh pan ker nulis carita, didinya tonk loba teuing nyarita ken kajadian nu teu penting nya, tingali tuh barudak nepiken arembung ningaliken ente nyarita sakitu panjang.”
“nah kunaon kitu kang kadek?”
“eta leho ges ngambai panjang susut hela atuh geleh”
“heeh maneh teh ren, ngeraken wae urang nu jadi lancek ente.”
“eh maneh ge, tonk asa jadi pangbenerna, eta picen hela korong ges sagede gunung.”
“hampura cup bie kasarean di jalan.”
“ah teuing lah ngomong jeng ente mah sok tara nyambung, tapi…”

Tiba-tiba dari arah musuh terdengar nyanyian-nyanyian yang mendendangkan lagu kematian bagi siapa saja yang mendengarnya, disusul kemudian dengan teriakan dari si
Denis, yang mencoba membangkitkan mental pasukannya.
“ wooi barudak.” Teriakan si denis terpaksa terhenti oleh eri,
“et, kehela rek ngomong naund didinya? Bisi salah deui ah, sok omongken hela ka urang”
“moal kalem”
“wooi barudak, tingali pasukan si ucup, apal si kembar jenderal perang na, nu hiji tukang ngaleho, nu hiji deui tukang ngorong, naund nu kudu jadi sien jang urang.”
Tak terima dengan ledekan itu, rana pun membalas sindiran si Denis.
“ hei pasukan lutung, barang saha anu pernah di injem duitna ku si denis gera tagih, sabab duit urang ge nu di injem ku si Denis can balik-balik ges 2 tahun, bisi kaburu poho.”
Sontak teriakan si rana membuat pasukan denis terbelah, karna mereka juga takut kalau uang yang dipinjamkannya ke denis gak dibayar. Mereka pun mngerubungi denis, siga nu rek dibagiken BLT.

“alus ran, menang ide timana tah?”
“ah emang kenyataan meren, salahna urang, nagih pas si penulis ker dahar bareng jeng urang di kantin MKU, nya ku urang caritaken weh, naon hesena.”
“ooh jadi si penulis carita iye teh baturan maneh, cenah mah ganteng nya, trus jadi vokalis oge nya, cenah mah alus suarana.”(baenya, muji sakali deui ah)
“Ah, cek saha si ucup jelema, emang jarang dahar jeng cau tapi mun disidik2 mah mirip oge jeung Siamang nu di kurungan di kebon binatang.”
“Ari sia, teu nyaho saha nu jadi lalakon didieu, si penulis kehed. Moal menang deui peran siah dina carita si ucup kaharepna”

Siasat perang pun mulai direncanakan oleh IDM.
“Yamto, maneh bisa narik perhatian anak buah si abeu ?”
“gampanglah M, paling urang bawa Land Rover hela, ngke ku urang tarik ka sebelah kanan, kitu paling ge.”
“tapi ulah nepiken ka ngaluarken ragaji nya?”
“tapi mun kapaksa pisan mah nya dek kumaha deui atuh M, si ucup ge pasti ngijinan lah ari kudu dibantaian saetik mah, nya paling oge pejitna pararegat mah wajar, meren.”
“wajar jang sia, karunya atuh, mending ge buntungken sakalian suku mun teu huluna.”
“Dan, ente siap di kencarken pan?”
“asal tonk titah dahar sangu weh dikencarken teh”
“kumaha maneh weh M, tapi maneh moal bisa ngadownload deui di imah urg siah.”
“Nya ges atuh, maneh bawa barudak si Denis ka sabelah kiri, sugan bakal aya nu ngudak ente leuwih ti 50 jelema, jadi si ucup lewih gampang ngabantai nu lainna. Cenah mah si denis bakal ngalelepken sangu kana beteng ente, meh teu sieun deui dahar sangu”
“Anjrit si denis rek mere aing sangu??? Can apalen ku aing kadek meren.”
“heh, eta mah slogan aing teu menang di pake.”si ucup katingalina ngadat kadek dibawa2
“oh enya cup hampura, hampura.”
“Ari coutonk kumaha?”
“Tonk ente mah tungguan weh didie, mun aya nu datang, daharan weh hiji2 lelepken kana beteung, mun henteu sabetan hiji2 make golok. eh kamana golokna?”
“punten cup, bie urang lapar euy, jadi weh ges na jero beteung. Hampura cup!”
“ari urang duaan kumaha?”si kembar ganti bersahutan.
“maneh pangharepna jadi tameng urang, begitu aya nu nyamperken, ku maneh awurken korong, nu ges disakuan tadi, ges loba pan?”
“mun si rendy nya tinggal tembaken weh lehona, kanu kira2 maneh geleh saha weh!”
“siap cup. Rek diprakteken hela ka ente cup?”
“sia deui, kadek ku aing siah!”

Detik-detik menuju pertempuran semakin dekat. Pasukan teja pun sepertinya telah mencium aroma kemenangan, walau sempat terpecah namun kini mereka telah bersatu kembali, bahkan mereka menjadi lebih banyak, karna telah sampainya pasukan pa Aat dari majalengka.

“Assalamualaikum At, kumaha damang?aya sabaraha pasukan nu ente bawa?”si teja teu sopan pisan eta ka dosen nyebutken At, babehna penulis ja, kade…..
“walaikum salam, Alhamdulillah pangesto. Pasukan nu ku urang bawa nya paling
=diff{x$3,x}, dengan y(x)=…..”
“heup at, heup heup. Nu pastina weh sabaraha, tong abong sia bisa matematika!”
“kalem ja, hereuy uing mah, nya sekitar 125 lah.”
“kamana bedog na?”
“aya, nyantai weh ker di itung kemungkinan integral na?”
“sigana mah ente teu kudu turun ge, bakal menang pasukan urang mah, nya At?”
“mun di itung make maple mah, pasukan si ucup bakalan paeh dalam waktu kurang ti 1 menit, tapi si ucup ges nyaho oge itungan urang.”
“naha si ucup bisa nyaho oge geuning?”
“pan cek barudak JTK 1A mah si eta teh budak aing?”
“oh heeh nya, ges lah ayena mah siap siap perang weh sok atur barisanna rapihken, urang serang secara frontal weh ayena mah!”’
“make rumusan matematika tonk?”(hiiks….)
“teu kudu atuh At, maenya 500 lawan 7an kudu make matematika, lier maneh mah At.”

Dalam hitungan detik masing2 kubu telah bersiap pada posisinya masing2, dan rintik2 hujan kini mulai membesar, membasahi bumi yang penuh dengan keangkuhan, kemarahan, benci, dan rasa untuk saling menghancurkan. Entah, mungkin kita tak pernah tahu apa yang Tuhan takdirkan untuk kita, tapi satu hal yang perlu kita ingat… matilah secara terhormat.(wuih si Ucup berat bahasana euy)
Dengan teriakan yang begitu lantang dan penuh dengan kemarahan, teja telah menyulut pertumpahan darah……

“Barudak…… Paehan si Ucup!”(kalem ja, kalem… mun cemburu urang deket jeng si echi, ngomong weh teu kudu nepiken hayang maehan urang nya!)
Teriakan itu pun telah membakar api semangat para pasukan lutung. Secara serentak mereka pun berteriak
“Paehan si Ucup”

Di tengah gelombang gerakan pasukan teja yang berlarian dan bersiap menyerangnya, Ucup sendiri masih berdiri tenang bersama pasukannya yang hanya berjumlah 6 orang.
Sembari bersemedi tiba-tiba ucup berteriak….
“ Sahabat, sungguh akan menjadi sebuah kehormatan yang tak terhingga , karna telah mengenal kalian. Kita telah berdiri tegar disini, berperang dan mati bersama adalah suatu pengalaman yang takkan mungkin terlupakan. Terimakasih untuk semua waktu yang telah kalian berikan. Yakinlah, dimanapun kita berpijak, kemanapun langkah kaki kita menuntun, jantung kita hanya akan slalu bergetar untuk Allah. Dan jika diantara kita gugur hari ini, Percayalah bahwa kita akan slalu bersama. Untuk Cimahi Never Dies!”
“tapi urang lain asli cimahi cup,kumaha atuh?”
“Nyon, nyon, iye teh caritana ker patriotic, maneh tong ngomong hela atuh, cik hargaan hela aing ker dakwah teh, jadi poho deui kan jalan caritana.!”
“mun teu salah mah, ges kie teh si teja gelut men to men lawan ente!”si rana sok tahu tea geuning, jalan caritana rek jadi kitu.
“nyaho ti mana maneh?”
” kan tadi maneh nyarita balik jum’atan.”
“mun aing embung kitu jalan caritana kumaha?”
“nya kumaha didinya weh atuh kang kadek lah!nu penting mah bisa seri deui nepi ka nyeri beteung”
“eits. Tonk ngomong2 masalah beteung, aya nu kasindir????”
(jauh teuing nya ngobrolna??? Urang balik deui ka carita awal.

Dengan tenangnya si Ucup mengibaskan kadeknya di langit, seperti gerakan tom cruise dalam film the Last Samurai, gerakan kadek si ucup telah membelah butiran-butiran air yang berjatuhan. Dan membakar semangat para pejuang “Seventh Swords”.(bedana, ari si tom cruise mah make samurai, ari si Ucup mah make kadek, maklum urang sunda asli).

Kini jarak pasukan si teja semakin dekat, dalam hitungan detik mereka tinggal berjarak sepuluh meter dengan pasukan si ucup. Semakin dekat…… semakin dekat….. sudah dekat…… kalakah dilewatan..
“hei ja, kalewihan cuy! Balik deui”
“wooi barudak rek kamana, iye si ucup mah didieu, balik deui, serang”
“kalem ja, ari diditu saha tuh nu dadah dadahan siga Siamang, si Ucup lain”denis tiba tiba menyela perintah teja.
“Ah, maneh salah tingali meren Nis, da Si ucup mah ganteng siga penulisna, iye aya didieu si ucup mah tuh!”

Ternyata pasukan teja terbelah kembali karna tanpa disadari, si ucup telah memakai jurus seribu bayang miliknya naruto.
Tapi teja tak kehabisan akal, teja punya Pa Aat yang juga punya jurus Penglihatan yang tembus pandang, itulah kenapa dia jadi mata keranjang.(buat para wanita hati2 mun dideketan ku pa Aat nya)

“gakugen”
“tuh si ucup mah ker diimahna, malah mah ker sare.”
“ari ges kie kumaha atuh caritana, erek diterusken moal?”
“teuing atuh, kumaha yeh pasukan rek dibaraliken deui wae, iye mah ges lain hujan deui euy, badai iye mah gede pisan?”
“wah karunya atuh pembaca digantung kie mah?”
“ari engges kumaha deui atuh, guludug ges beki garede yeh, petir oge ges dordar wae “
”si echi jeng teja kumaha atuh nasibna, maenya eweh akhir caritana?”
”da kumaha deui atuh si ucup nage can ngimpi deui cenah!”
”ah engges weh ari kitu mah urang kawinken bae?”
”kumaha barudak?”
”SETUJU........”
”KAWINKEN...KAWINKEN....KAWINKEN....”
Semakin lama mereka terdiam dilapangan, semakin besar gemuruh langit mendung menghantam hati mereka. Dan di setiap kali mereka menatap jauh ke langit, kilatan petir serasa mengikuti untaian bayangan jiwa yang takut akan kematian.”
Dar....der....dor.....................
Guludug................................
“awas ja, petir eta…. Aaaahhhhhhhh….”

Tiba-tiba…..
Byuuurrr………..
“Hudang siah, tuh tingali panon poe ges bijil, hayam jalu ges kongkorongok titadi, ari maneh rek tuluy ngarengkol sare.”
“jeung eta dahdir masih keneh nempel, bau sungut ges teu mangrupa, eta leho ges dimana2, gancangan mandi lainna sakedeng deui rek UAS.”
“nya mak, nya kalem kedeng deui anggesken hela caritana.”(perasaan sagalak-galakna si emak, can pernah nepi ka ngadat siga kitu)

aduh punten barudak punten pisan teu bisa angges caritana geuning. Da ari rek dipaksaken angges oge can bisa, can turun deui ngimpina, ngke lah mun beres UAS, di kabaran deui nya! sok ayena mah cing garetol ngapalken, cing nurut kanu jadi indung jeng bapa, cing nyaah ka kolot, urang sasarengan tegakken agama nu ku urang cekel. Sok siapken ci kopi, jeng rokok weh mun hoyong angges caritana mah nya. Cukup sakitu ti penulis, sing di lancarken dina UAS na Amin……

Satu yang perlu kita sadari bahwa setiap cerita mesti mengandung makna, baik cerita itu berupa novel, roman, action, horror, atuapun bodor sunda siga nu saya ceritaken bieu.
Pesan yang ingin saya sampaikan disini sangat banyak jika anda mengerti, tapi yang paling utama disini hanyalah ada 6, yaitu :
1. seberat apapun masalah yang kita hadapi, hadapilah dengan tenang. Dan yakinilah jika kita mampu. Sebagai programmer kita mesti yakin bahwa setiap permasalahan sulit yang diberikan para pembimbing adalah demi kebaikan kita dan itu harus diselesaikan, walau hasilnya tidak terlalu maksimal.
2. jangan pernah kalah sebelum berperang, dan percayalah kepada teman. satu yang jadi inspirasi saya adalah sahabat saya sendiri, teja. Thank’s for everything….. di setiap pekerjaan yang melibatkan orang lain, dia selalu berusaha untuk slalu menyelesaikan pekerjaannya dan membimbing kita untuk melakukan sesuatu yang kita bisa,sekecil apapun itu sehingga kita bisa berperan dalam sebuah tim.(alah terlalu didramatisir weh ketang, meh projek bebas tugas, tapi bener ja, maneh berubah sangat drastis semenjak kenal jeng urang, tapi urang sien maneh bogoh ka…., alah kade ja, tobat..tobat. urang masih normal da ja, ente normal oge kan?)
3. seburuk apapun hasil yang kita capai, orang takkan pernah menilainya, karna orang akan lebih melihat apa yang kita usahakan, terlepas hasil itu buruk atau baik(dikutip dari masukan manger projek saya, Ade Chandra N, S.si, Mt.)
4. pandangilah setiap orang yang saat ini ada disamping anda, karna pelajaran paling berharga justru akan kita dapat dari mereka. Dan kebersamaan bersama sahabat jauh lebih berharga daripada hal lain yang kita anggap membanggakan, sementara di satu sisi, kita masih melihat mereka terluka.
5. jadilah makhluk Tuhan yang slalu bersujud kepadaNya, walau itu sulit, tapi paling tidak kita mulai dari hari ini setelah membaca ini. Secara pribadi, saya masih sering melakukan perbuatan ataupun ucapan yang jauh dari kata bertakwa terhadapNya, tapi kita mesti meyakini bahwa Dia takkan pernah lelah untuk membimbing kita menuju cahaya indah di hari akhir nanti. Jadi, biarkanlah apa yang salah di masa yang lalu dan jadikanlah pelajaran, kita sambut hari ini dengan senyuman dan kepatuhan kita terhadap apa yang Dia inginkan.
6. cerita ini hanya fiktif belaka, jadi siapapun yang merasa tersinggung dengan karakter yang saya ceritakan, mohon dimaklum. Tapi mun ngadatna kalelewihan siap siap weh kadek ngapung.wkwkwkwkwk………………

Wassalamualaikum wr wb.